4
Karawitaaann…
Aku mulai ikut ekskul karawitan setelah sebelumnya meninggalkan basket. Aku tak berbakat olahraga. Aku ikut basket untuk menemani Astika. Dulu. Ekhem, karawitan adalah kesenian Jawa. Bermain Gamelan Jawa, begitulah bahasa mudahnya. Aku menyukainya. Aku mencintainya. Itu bakatku sejak SD. Aku punya kisah masa kecil dengan Karawitan.
Dulu, waktu aku sekolah dasar, alias SD, ada pelajaran nggamel (istilah lain dari karawitan, jangan bingung) Aku kenal dan belajar karawitan dari kelas empat SD. Awalnya rasanya biasa aja ikut nabuh. Semua perasaanku terhadap karawitan berubah 180 derajat sejak aku bersahabat dengan Mamel. Itu singkatan nama dari Mawar dan Melati, saudara kembar yang menjadi sahabatku. Mereka berdua sangat hebat dalam urusan nggamel. Mereka berjiwa seni dan aku ingin seperti itu juga. Aku mulai rajin mengikuti latihan di sekolah. Aku mulai banyak tahu masalah gamelan. Aku mulai dekat dengan anggota tim karawitan. Aku mulai merasakan jiwa karawitan.
Akhirnya, pada waktu aku kelas lima, ada lomba karawitan tingkat kota di Solo, kotaku. Sekolahku mengikutinya. Tim karawitan digembleng dan dilatih sedemikian rupa. Sekolahku tak begitu terkenal dengan fasilitas seadanya. Jadi kami setiap harinya berlatih di ruang karawitan yang pengap dengan kipas angin mati yang hanya mampang muka di pojok ruangan yang berdebu. Aku kadang-kadang benci juga dengan arsitek sekolah yang tidak menyediakan satupun jendela di ruang ini. Tapi, kenapa mempermasalahkan ruangan kalau di dalamnya terdapat keceriaan?
Anak-anak karawitan memang seperti satu kesatuan waktu itu. Kami sehati. Gayeng-gayengan gitu. Pernah suatu kali kami diajak latihan di luar sekolah. Sampai sekarang aku juga nggak tahu tempat apa itu. Yang jelas untuk ke sana kami harus naik angkot. Di dalam angkot, temen-temen yang cowok mbawa ketipung atau kendhang kecil. Di dalam angkot, kami nyanyi-nyanyi sambil diiringi ketipung dan tepuk tangan. Lucu banget.
Setelah beberapa bulan kami berlatih, tibalah hari lomba. Kami dirias lucu banget. Pakai jarik (rok Jawa) dan di kucir dua. Aku masih ingat saat Mamel dan teman-teman lain marah-marah, “ Apa, nggak cocok banget! Masa pakaiannya Jawa tapi rambutnya di pita dua? Kan harusnya disanggul kek, atau apa.” Hehe.. Tapi kami bisa tampil dengan lumayan baik. Berdebar-debar kami menunggu hasil lomba, dan akhirnya diumumkan bahwa SD ku juara empat! Haha, sungguh kenangan masa kecil yang tak terlupakan!
Kembali ke masa sekarang, aku mengembangkan tekad berkarawitan. Aku ikut ekskulnya. Hari pertama ikut karawitan sungguh memalukan. Aku memainkan slenthem di dampingi kakak kelas. Malu setengah mati.. Biasalah,, anak baru. Lalu pertemuan selanjutnya aku mulai kenal Ayu dan Aulia. Mereka kelas 8 dan sudah lama ikut karawitan. Jadi menguntungkan juga buatku. Aku mengintil mereka. Jadi, aku lalu memainkan GONG menemani Ayu di kempul (gong-gong kecil) dan Aulia di kethuk. Aku juga bertemu Aldo. Dia main kenong. Waha,, jangan bingung. Yang jelas, keempat jenis gamelan di atas, gong, kempul, kenong, kethuk, sangat tidak penting dan kami kelas 8 memainkannya untuk Pentas Seni Sekolah 2 bulan lagi. Kelas 9 menguasai gamelan-gamelan penting seperti bonang, saron, kendhang, dsb.
Aku sudah katakan sebelumnya bahwa aku mudah suka cowok. Dan itu benar.
(untuk selanjutnya berat menuliskannya….. HUUUUUU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar... :)