WELCOME.....

WELCOME.....
^^

Selasa, 16 November 2010

JEAN AND JONO 1

BAB 3
Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, Jean bersama mama, tante dan om nya telah sampai di rumah kakek. Di sana telah menunggu Budhe Mur, kakak papa. Budhe lalu mempersilahkan rombongan Jean masuk ke dalam rumah.
Jean yang dari semula kesal dan kecewa, menunjukan sikap yang dingin pada saudara-saudara sepupunya, sehingga dia agak disendirikan. Kasihan dia. Mama Jean melihatnya di sudut ruangan, lalu menghampirinya.
“Gimana?” Mama duduk.
Jean menghela napas lalu mengangkat bahu, “Ah, ma, Jean mau pulang. Sekarang!”
“Tapi itu tidak memungkinkan, Sayang. Kita harus tetap di sini selama 2 minggu. Dan Mama harap kau mau bergabung dengan sepupu-sepupumu. Kita akan segera makan siang. Mama ke dapur dulu bantu Budhe.” lalu Mama pergi. Jean menghela napas sekali lagi lalu bangkit. Dia menghampiri saudara-saudaranya yang tengah bermain di karpet di ruang tamu.
“Hai, boleh aku bergabung dengan kalian?” Jean bertanya dengan ragu-ragu. Saudaranya hanya mengangguk. Lalu Jean duduk. Dia memang sudah bergabung dengan saudara-saudaranya, tapi dia diam saja.
Hari itu berlanjut dengan makan siang, lalu tidur siang untuk anak-anak, bersih-bersih ruangan bersama, dan acara syukuran Pakdhe pada malam harinya. Yang Jean tahu, Pakdhe mengadakan syukuran karena baru saja mendapat pekerjaan. Sebenarnya, gadis cilik ini malas sekali membantu persiapan syukuran karena teringat akan teman-temannya yang mungkin sekarang sedang bersenang-senang. Tak kesangka mereka akan bersenang-senang tanpaku, pikir Jean. Tapi Jean anak yang baik. Dia tetap membantu orang-orang dewasa, walaupun sepupu-sepupunya tidak. Jean kelihatan bersusah payah mengangkat tikar. Mama tersenyum melihat hal ini.
Jam telah menunjukkan angka 7. Syukuran sebentar lagi dimulai. Tikar-tikar telah digelar di atas lantai yang masih tanah. Makanan dan minuman juga telah siap di dapur. Tinggal menunggu tamu-tamu Pakdhe. Jean dan saudara-saudara sepupunya melihat syukuran di ruangan nonton TV di sebelah ruang tamu. Sesekali Jean mengintip keluar untuk melihat tamu-tamu yang datang. Kebanyakan tamu adalah tetangga-tetangga sekitar. Waktu papa dapat kenaikan gaji tetangga-tetangga tidak diundang, pikir Jean. Papa hanya mengundang teman-teman kantornya saja waktu itu.
Syukuran berlangsung sangat lama. Bahkan belum selesai saat Jean dan saudara-saudaranya sudah hendak tidur. Mereka tidur sekamar. Jean sempat protes pada Mama masalah ini. Dia lebih suka bila tidur bersama Mama. Tapi masalahnya tidak cukup tempat untuk itu. Jadi dia berbaring di tengah-tengah saudara sepupunya. Di sebelah kanannya ada Nana, adik sepupunya dari Semarang. Lalu di sebelah kiri Jean berbaring kakak sepupunya, Dita dan adik kandung Dita, yang berarti juga kakak sepupu Jean, Dodo. Di sebelah Dodo ada Yudi, kakak sepupu mereka semua. Memang Yudilah yang paling tua di antara mereka. Dan yang sekarang mereka tempati adalah kamar tidur Yudi.
“Maukah kau bertukar tempat, Nana? Aku ingin tidur di pojok.”kata Jean.
“Nggak,ah, kak. Nana juga pingen tidur sini.”
“Eh, nanti ada setannya lho! Ayolah, kita tukeran tempat.”Jean masih memaksa. Nana kelihatannya agak ketakutan. Akhirnya diapun mau bertukar tempat dengan Jean. Jean sebenarnya ingin tidur di paling pinggir karena ingin menangis. Dia takut ketahuan saudara-saudaranya. Jadi, dia berbaring membelakangi saudaranya. Sebelum tidur, saudara-saudara Jean bercanda sambil tertawa-tawa, hingga suasana menjadi ribut. Tiba-tiba, Tante Rita datang ke dalam dan menyuruh mereka semua tidak ribut dan langsung tidur. Dan tak lama kemudian, mereka semua terlelap—kecuali Jean tentunya, karena dia masih menangis, namun, akhirnya dia juga ikut-ikutan tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar... :)